Skip to content
Costumer Service

Costumer Service

Gunawarman Hallmark & Event

Costumer Service Halo, Ada yang bisa saya bantu

  1. Home
  2. »
  3. Trivia
  4. »
  5. 4 Hal Yang Harus Anda Ketahui Pernikahan Adat Aceh: Perpaduan Syariat Islam dan Kearifan Lokal…

4 Hal Yang Harus Anda Ketahui Pernikahan Adat Aceh: Perpaduan Syariat Islam dan Kearifan Lokal yang Memukau

Pernikahan adat aceh merupakan perpaduan unik antara nilai-nilai syariat Islam dan tradisi lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Setiap tahapan pernikahan tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya, tetapi juga filosofi hidup masyarakat Aceh yang religius dan penuh makna. Simak ciri khas pernikahan adat Aceh yang membuatnya begitu istimewa!

Di Aceh, pernikahan bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga perayaan masyarakat. Sahabat dan keluarga berkumpul, menunjukkan cinta dan dukungan mereka kepada pasangan. Suasana selama pernikahan ini dipenuhi dengan kegembiraan, tawa, dan alunan musik tradisional yang bergema di udara, semakin memperkaya pengalaman.

Memahami Pentingnya Setiap Upacara

Setiap upacara dalam pernikahan adat Aceh sarat dengan makna budaya. Misalnya, ba ranub kong haba tidak hanya berfungsi sebagai lamaran resmi, tetapi juga melibatkan kedua keluarga dalam dialog yang bermakna tentang masa depan pasangan. Interaksi ini menumbuhkan persatuan dan memperkuat ikatan kekeluargaan.

Penyertaan doa selama upacara ini menyoroti dimensi spiritual pernikahan di Aceh, menjadikannya komitmen sakral yang diakui oleh kedua keluarga dan masyarakat.

Upacara peukong awak melambangkan komitmen dan rasa saling menghormati pasangan dalam kerangka prinsip-prinsip Islam. Ini adalah momen ketika pasangan, dikelilingi oleh orang-orang yang mereka cintai, berjanji untuk saling mendukung dalam perjalanan hidup, yang memperkuat kemitraan mereka.

Pertukaran jeunamee bukan hanya formalitas, tetapi menandakan tanggung jawab yang diemban oleh mempelai pria. Hal ini selanjutnya menunjukkan pentingnya memahami dan menerima peran masing-masing pasangan dalam sebuah pernikahan.

Pakaian yang dikenakan selama pernikahan bukan hanya pernyataan itu mencerminkan warisan pasangan dan sejarah Aceh yang kaya. Warna-warna cerah dan desain yang rumit menceritakan kisah kebanggaan dan identitas budaya.

Prosesi Adat yang Sarat Makna dan Syariat Islam

Desain yang terinspirasi dari kerajaan tersebut berfungsi sebagai pengingat masa lalu Aceh yang gemilang dan signifikansinya di wilayah tersebut. Setiap busana yang dikenakan oleh pasangan pengantin sering kali disertai dengan aksesori simbolis yang menandakan status sosial dan garis keturunan keluarga mereka.

Rencong yang dibawa oleh pengantin pria lebih dari sekadar senjata; ia melambangkan kehormatan dan keberanian, yang memperkuat gagasan bahwa pernikahan adalah kemitraan yang dibangun atas dasar rasa saling menghormati dan melindungi.

Dalam busananya, warna-warna sengaja dipilih berdasarkan maknanya. Misalnya, emas melambangkan kemakmuran, sedangkan merah melambangkan cinta dan gairah, yang merangkum esensi persatuan mereka.

Aksesoris juga berperan penting dalam meningkatkan keindahan busana sekaligus melambangkan kesiapan pasangan untuk memulai hidup baru bersama.

Tradisi pasca-pernikahan juga penting karena dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan hubungan masyarakat. Pertemuan ini menjadi ajang bagi keluarga untuk mempererat hubungan dan merayakan pernikahan.

Selama jamee keumamah, hidangan utama tidak hanya penting, tetapi juga melambangkan perjalanan hidup pasangan tersebut. Berbagi makanan melambangkan kelimpahan dan dimulainya kehidupan baru yang penuh dengan makanan dan cinta.

Jamuan ini menjadi kesempatan bagi para tamu untuk menyampaikan ucapan selamat dan berkat kepada kedua mempelai, yang memperkuat dukungan dan niat baik masyarakat.

Ritual peusijuek sangat menyentuh. Ritual ini berfungsi sebagai pengingat komitmen pasangan terhadap satu sama lain dan pentingnya berkat keluarga dalam perjalanan baru mereka bersama.

Praktik ini tidak hanya menandakan harapan keluarga untuk kesejahteraan dan kebahagiaan, tetapi juga memperdalam hubungan pasangan dengan akar dan nilai-nilai budaya mereka.

Hakikat pernikahan adat Aceh terletak pada kemampuan mereka memadukan unsur spiritual, budaya, dan kekeluargaan dengan indah, sehingga menciptakan perayaan yang mendapat tempat yang dalam di hati masyarakat.

Salah satu ciri khas pernikahan Aceh adalah prosesi lamaran atau ba ranub kong haba. Calon mempelai pria membawa ranub kong haba (daun sirih, pinang, dan perlengkapannya) sebagai simbol niat baik dan penghormatan kepada keluarga perempuan. Sirih dan pinang dalam budaya Aceh melambangkan persatuan, keramahan, dan kesediaan menjalin hubungan kekeluargaan. Prosesi ini juga disertai pembacaan doa sesuai syariat Islam, menegaskan bahwa pernikahan harus dilandasi keikhlasan dan restu kedua belah pihak.

Akad nikah dalam pernikahan Aceh dilakukan secara islami, dipimpin oleh penghulu atau teungku. Uniknya, sebelum akad, keluarga mempelai pria menyerahkan jeunamee (mahar) berupa uang, emas, atau barang berharga lainnya kepada mempelai perempuan. Mahar ini harus disesuaikan dengan kemampuan dan kesepakatan keluarga, mencerminkan prinsip keadilan dalam Islam. Setelah akad, dilanjutkan dengan peusijuek (ritual tabur beras kunyit) sebagai simbol doa agar pernikahan diberkahi.

Busana Tradisional yang Megah dan Simbolis

foto pengantin adat aceh
Foto : Pengantin Tradisional Aceh | Sumber : Pinterest

Pakaian pengantin Aceh terinspirasi dari busana kerajaan masa lalu, menampilkan kemewahan dan keluhuran. Pengantin wanita mengenakan baju adat Aceh berwarna cerah seperti emas atau merah, dihiasi sulaman benang emas (bordir peuniti) yang rumit. Sementara pengantin pria memakai baju meukasah (jas tutup) dengan rencong (senjata tradisional) di pinggang sebagai simbol keberanian. Mahkota (patam dhoe) dan perhiasan emas melengkapi penampilan, menegaskan status sosial dan keagungan adat.

Warna dominan pada busana pengantin Aceh, seperti emas dan merah, melambangkan kemakmuran, kegembiraan, dan semangat hidup. Aksesoris seperti kalee bahru (kalung panjang) dan idang ie (ikat pinggang) tidak hanya memperindah penampilan, tetapi juga menjadi simbol kesiapan pasangan menjalani kehidupan baru. Setiap detail busana dirancang untuk menghormati adat dan syariat Islam, seperti penggunaan kain yang menutup aurat.

Tradisi Unik Pasca-Pernikahan

Setelah akad nikah, keluarga menyelenggarakan jamee keumamah, jamuan makan khas Aceh dengan hidangan utama eungkot keumamah (ikan kayu). Ikan tongkol yang dikeringkan dan dimasak dengan rempah ini melambangkan ketahanan rumah tangga. Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi, di mana tamu diharapkan membawa peunajoh bu (kue tradisional) sebagai bentuk partisipasi dalam kebahagiaan mempelai.

Peusijuek adalah ritual sakral pasca-akad, di mana keluarga menaburkan campuran beras kunyit, air bunga, dan dedaunan ke tubuh pengantin. Ritual ini diyakini membawa keberkahan, ketenteraman, dan perlindungan dari gangguan roh jahat. Prosesi ini juga disertai pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menegaskan bahwa pernikahan Aceh tidak hanya mengutamakan tradisi, tetapi juga nilai-nilai keislaman yang kental.

Penutup: Pernikahan Aceh sebagai Simbol Identitas yang Abadi

Singkatnya, pernikahan adat Aceh bukan hanya perayaan cinta antara dua insan, tetapi juga peristiwa budaya penting yang mencerminkan warisan dan nilai-nilai masyarakat Aceh. Setiap fase pernikahan, dari lamaran hingga perayaan, mewujudkan jalinan tradisi, spiritualitas, dan hubungan sosial yang kaya. Pernikahan menjunjung tinggi prinsip keadilan dan saling menghormati, memastikan bahwa setiap pasangan dihormati, dan setiap keluarga diakui. Warisan abadi pernikahan adat Aceh menjadi bukti kekuatan cinta, komunitas, dan iman, yang menciptakan ikatan yang bertahan seumur hidup.

Baca Juga : 4 Jenis Paes Jawa yang Memukau: Mulai dari Solo Hingga Yogya Beserta Maknanya

aceh islamic wedding